Ada apa dengan Pertanian kita?

Ada sebuah pertanyaan yang selalu mengganjal dalam benak saya. Apakah pertanian di negara kita bisa dijadikan tumpuan hidup bahkan sandaran hidup? Apakah ada sebuah jaminan bahwa dengan mengolah hasil pertanian secara baik, bisa membuat kita mampu hidup mulia dan berbahagia di negara tercinta ini?

Melihat keadaan sekarang, Saat ini bisa dikatakan saya kurang yakin bahwa dengan di terjun di dunia pertanian, mengolah hsil pertanian, bergerak di bidang yang berhubungan dengan produksi pertanian akan mampu mengentaskan bangsa ini dari kesulitan ekonomi yang di hadapi. Sekarang kita melihat, segala sesuatu baik itu tingkat ekonomi, tingkat kesejahtraan tingkat kemiskinan di tentukan oleh satu sektor saja, yaitu sektor finansial. Bursa Regional, Bursa Dunia menjadi patokan utama untuk menentukan bahwa negara ini mengalami krisis atau tidak.

Jika kita melihat hal yang di atas, pupus sudah harapan, tidak ada lagi semangat untuk hidup untuk bergerak di bidang industri pertanian. Karena apa, sebagus-bagus apapun produksi pertanian kita, kalau ekonomi dunia sedang tidak stabil yang menyebabkan nilai tukar rupiah turun terhadap mata uang asing, semua itu tidak ada nilainya. Sama saja, produksi pertanian meningkat tetapi harga barang semua naik, semua tidak ada gunanya.
Tetapi apakah tidak ada harapan lagi dengan dunia pertanian kita, apakah tidak ada peluang sedikitpun untuk memajukan pertanian kita.

Jawabannya tergantung pada diri kita sendiri. Dan itu adalah jawaban yang paling konyol dengan menyerahkan semua kepada diri masing masing. Intinya apa, Semua harus berperan, pemerintah memaksimalkan seluruh elemen yang ada seperti birokrasi, agar pihak pihak yang sedang berjuang dalam industri pertanian ini mampu mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin.

Apa sebetulnya masalah yang sedang kita hadapi di dunia pertanian ini. Untuk melihatnya lebih jauh saya ingin mengatakan dunia pertanian tidak hanya berkutat pada penanaman padi, jagung dan bahan pangan lainnya. Tetapi arti pertanian disini lebih luas, mencangkup seluruh budidaya sumberdaya alam. Kembali kepada masalah di atas, bahwa masalah yang kita hadapi saat ini salah satunya adalah ketidakmampuan kita bangsa Indonesia dalam memaksimalkan sumberdaya yang ada. “Indonesia yang hanya merupakan 1,3 persen luas daratan di dunia memiliki 17 persen dari seluruh jumlah spesies yang terdapat di seluruh penjuru bumi. Oleh karena itu, Indonesia menjadi "World Mega Biodiversity Center" (Keragaman Hayati Dunia) kedua terbesar setelah Brasil. Dengan perincian spesies meliputi 11 persen spesies tumbuhan berbunga, 12 persen spesies binatang menyusui, 15 persen spesies reptilia amphibia, 17 persen spesies burung, dan 11 persen spesies ikan di dunia. "Dari data di atas secara jelas Indonesia berpotensi besar dalam peningkatan agriindustri dan agribisnis” (Kompas.com 24 Desember 2008)

Saya jadi berfikir, di tengah keadaan pertanian Indonesia yang sekarang ini, sebenarnya ada sebuah sektor yang memiliki peluang terbesar untuk segera bangkit. Peluang terbesar yang saat ini nampak di depan mata adalah sektor agribisnis. Sektor agribisnis bisa menjadi tumpuan ekonomi bangsa Indonesia asalkan diolah secara maksimal. Kekayaan alam indonesia yang sedemikian besar asal bisa di manfaatkan dengan besar, akan menjadi sebuah potensi yang luar biasa. Salah satu contohnya Kelapa sawit. “Meningkatnya volume ekspor kelapa sawit juga mempengaruhi total nilai ekspor yang juga naik hingga berkali-kali lipat, sebelumnya pada tahun 2007,nilai ekspor hanya sekitar US$12,5 juta, pada 2008 telah mencapai Rp.61,9 juta.” (Kapanlagi.com)

Akhirnya setelah melihat potensi alam yang sedemikian besar besar, saya sedikit lega, bahwa di tengah ekonomi yang carut mawut ini ada secercah harapan untuk bangkit kembali. Memang tidak di pungkiri lagi, ketika harga CPO dunia turun, harga kelapa sawit ikut anjlok, bahan petani bias merugi. Tetapi mengapa saat harga turun, mereka tidak mengarahkan hasilnya kepada pasar dalam negri. Dua Ratus Juta orang saya kira pasar yang potensial untuk itu. Mengapa tidak dilakukan?apakah regulasi pemerintah yang tidak bisa melindungi petani ataukah tidak ada perusahaan yang mampu mengolah hasil tersebut.
Sekarang kita melihat lagi dengan potensi laut kita, salah satu saja contoh yaitu rumput laut kebutuhan rumput laut khususnya dunia amat sangatlah besar. “Kebutuhan total rumput laut (agarophyte dan carragenophyte) saat ini sekitar 40.000 ton per tahun yang terdiri dari kebutuhan dalam negeri 22.000 ton per tahun dan 18.000 ton per tahun untuk ekspor. Namun demikian dari kebutuhan yang ada baru didapat sekitar 30.000 ton per tahun” (rumputlaut.org).

Seharusnya dengan pasar yang sedemikian besar tersebut, kita mampu mamanfaatkanny agar bisa meningkatkan taraf hidup kita. Tetapi mengapa kebanyakan masayarakat miskin malah kebannyakan di pinggir pantai, kecuali pantai kuta dan nusa dua bali. Sekedar intermeso.
Dari sedikit tulisan di atas, akhirnya saya dapat sedikit menyimpulkan, sebenarnya masih banyak sekali peluang peluang yang bisa kita lakukan terkait dengan agrobisnis. Mungkin orang akan menyepelekan kita di rumah, ketika kita di rumah hanya beternak ikan. Tetapi dengan sebuah ilmu tentang agribisnis, beternak ikan bisa menyejahterakan bahkan mampu membuat lapangan pekerjaan. Lahan yang kosong isa menjadikan peluang yang luar bias, kolam yang hanya berisi enceng gondok, mungkin bisa di jadikan potensi yang luar bisa kalo mampu mengolahnya seperti penghasil tas dari serat enceng gondok. Peluang masih terbuka memang, asal kita semua mampu mengolahnya.

Selain peran kita harus maksimal, pemerintah di himbau juga untuk membantu meningkatkan sector agribisnis ini, entah itu dengan kebijakan kebijakan seperti pemberian kredit lunak bagi yang ingin berusaha di bisang agribisnis. Sedikit angin segar ketika Menteri pertanian kita mengeluarkan stetmentnya yang di bisnisjakarta.com. "Potensi ekspor agribisnis Indonesia sangat besar dan menyumbang devisa USD 9 miliar tahun lalu. Jika dikembangkan secara maksimal, potensinya bisa terus meningkat serta diproyeksikan USD 10 miliar pada tahun ini. Kita sudah menyusun road map tiap komoditas, sehingga memiliki target pengembangan sektor agribisnis ke depan. Untuk itu, kami siap melakukan sinergi bersama instansi lainnya serta melakukan kerja sama dengan swasta untuk mendapatkan permodalan."(bisnisjakarta.com)

Senang mendengar itu, karena setidaknya pemerintah peduli dengan potensi yang luar biasa dari sektor agribisnis ini. Saya yakin kedepannya, bahwa sektor agribisnis ini mampu membawa kita kepada kejayaan bangsa Indonesia sepeerti yang terjadi pada tahun 1986 ketika Indonesia menjadi Negara swasembada beras. saya dan kita semua harus yakin akan hal itu.

Oh ya..sekedar intermeso, ada ebook ebook menarik diblog ini, seperti bagaimana cara berternak ikan, unggas, ayam dll. Karena sudah ada ebooknya maka saya tidak menuliskan diblog ini bagaimana cara berternak bertanam dan sebagainya dan lain lain.
Download ebook


Refrensi :
kompas.com
rumputlaut.org
bisnisjakarta.com

Foto :
1
2

AGRIBUSINESS BLOG COMPETITION 2009 HIMASETA Universitas Jember


0 komentar:

Posting Komentar